Shaum atau shiyam bermakna menahan (al-imsaak), dan menahan itulah aktivitas inti dari puasa. Menahan makan dan minum serta segala macam yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam matahari dengan diiringi niat. Jika aktivitas menahan ini dapat dilakukan dengan baik, maka seorang muslim memiliki kemampuan pengendalian, yaitu pengendalian diri dari segala hal yang diharamkan Allah.
Syarat shiyam ada dua macam yaitu:
- syarat wajib shiyam, artinya syarat yang membuat puasa
wajib bagi seseorang, yaitu: Islam, Mukallaf (akil baligh) dan mampu
berpuasa. Puasa tidak diwajibkan pada yang tidak muslim, tidak wajib pula
pada muslim yang belum mukallaf, seperti orang gila, anak-anak, walaupun
anak-anak disuruh puasa sebagai latihan, bahkan dipukul jika tidak puasa
ketika sudah berusia 10 tahun, dan telah dianggap shah puasanya ketika
sudah masuk usia mumayyiz (kurang lebih tujuh tahun). Sebagaimana tidak
wajib puasa atas orang yang tidak mampu sama sekali, seperti orang tua,
orang sakit berat, hanya wajib fidyah.
- syarat pelaksanaan
atau keabsahan. Yaitu syarat yang harus dipenuhi agar puasanya sah dan
diterima, yaitu: Islam, Mumayyiz (bagi anak-anak) bersih dari haidh dan
nifas. Orang yang sedang haidh dan nifas wajib berpuasa, tapi tidak sah
puasanya sehingga keduanya bersuci, keduanya tidak puasa selama masa haidh
dan nifasnya, sehingga ketika keduanya suci ia wajib puasa menggantikan
hari yang ditinggalkan. Sebagaimana disyaratkan bagi sahnya puasa itu,
harus pada hari-hari yang tidak dilarang berpuasa, seperti hari ied dll.
Adab dan Sunnah Puasa
- Sahur. Rasulullah saw bersabda:
Bersahurlah, karena sahur itu ada berkahnya. Hadits Muttafaq alaih. Dan
sudah dianggap sahur meskipun hanya dengan seteguk air. Waktu sahur
dimulai dari sejak tengah malam sampai terbit fajar, dan disunnahkan
mengakhirkannya.
- Menyegerakan berbuka setelah
terbukti Maghrib, disunnahkan berbuka dengan kurma segar atau kurma matang
dengan bilangan ganjil. Jika tidak ada maka dengan air putih, kemudian
shalat Maghrib, setelah itu dilanjutkan dengan meneruskan makanan yang
diinginkan, kecuali jika makanan sudah tersaji maka tidak apa-apa jika
makan dahulu baru kemudian shalat.
- berdoa ketika berbuka dengan
doa Rasulullah saw “ Dahaga telah sirna, keringat telah membasah, dan
pahala telah didapat Insya Allah” HR Abu Daud dan An Nasa’i, di samping
doa makan yang sudah terkenal: Ya Allah berkahilah bagi kami pada rezki
yang Kau berikan pada kami, dan jagalah kami dari siksa neraka” HR Ibnu As
Sinniy
- Meninggalkan hal-hal yang akan
menghilangkan nilai puasa seperti berdusta, bergunjing, adu domba,
berbicara sia-sia dan jorok, serta larangan-larangan Islam lainnya
sehingga terbentuk ketaqwaan, inilah tujuan puasa. Rasulullah saw
bersabda: Tidaklah puasa itu hanya dengan meninggalkan makan dan minum,
tetapi puasa itu dari perkataan sia-sia dan jorok. Dan jika ada yang
memakimu maka katakan: Sesungguhnya aku sedang puasa. HR Hakim dll. Dan di
kesempatan lain Nabi bersabda: Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan
ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak membutuhkan ia tinggalkan
makan dan minumnya. HR Al Jamaah, kecuali Muslim
- Memperbanyak amal shalih
terutama tilawah Al Qur’an dan infaq fii sabilillah. Rasulullah adalah
orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi jika di bulan
Ramadhan, ketika berjumpa dengan Jibril, yang menemuinya setiap malam
bulan Ramadhan untuk mengulang bacaan Al Qur’an” HR Asy Syaikhani
- Bersungguh-sungguh dalam
beribadah, memelihara sunnah, terutama shalat tarawih, sabda Rasulullah:
Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan dengan iman dan berharap
Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu” Muttafaq alaih
- Memelihara siwak,(
menurut Syafiiyyah, bersiwak
setelah matahari bergeser (Zhuhur) hukumnya makruh karena hadits : Sungguh
bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada misk.) sesuai
dengan hadits Amir ibn rabi’ah berkata: Aku melihat tak terhitung
bersiwaknya sedang ia dalam keadaan berpuasa. HR Al Bukhari
- Meninggalkan hal-hal mubah yang
telah disebutkan di atas kecuali dalam keadaan darurat, terutama bekam,
mencicipi makanan, dan menunda mandi junub hingga setelah fajar.
Keutamaan bulan Ramadhan
1. Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an
Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan
ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al
Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini
mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu
bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan
ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan
lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab
ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.”[ Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 2/179]
2.
Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka
Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
i.
إِذَا جَاءَ
رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
”Apabila
Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun
dibelenggu.”[ HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits
di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam
dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan
mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna
terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya
di bulan Ramadhan seperti puasa
dan shalat malam. Hal ini
berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk
melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat
memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan
terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi
maksiat ketika itu.” [ Al Minhaj
Syarh Shahih Muslim, 7/188.]
3. Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah –yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
Allah Ta’ala berfirman,
Dan Allah Ta’ala
juga berfirman,
4.
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
”Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3).
Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah[ Tafsir Ath Thobari, 21/6.]. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.[ Zaadul Masiir, 7/336-337.]
Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah[ Tafsir Ath Thobari, 21/6.]. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.[ Zaadul Masiir, 7/336-337.]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
5. إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ
النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا
فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
”Sesungguhnya
Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia
memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[ HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam
Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perowinya tsiqoh (terpercaya). Lihat
Jaami’ul Ahadits, 9/224]
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
6. ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ
حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga
orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka,
pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.[ HR. At Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan]
An
Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa
disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga
akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”[ Al Majmu’, 6/375]
An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang
berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdo’a demi keperluan akhirat
dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk
mendoakan kaum muslimin lainnya.”
Plaas 'n opmerking